Posts filed under ‘Dunia ANAK sehat,cerdas,ceria’

Mendidik anak bercita cita menjadi kaya raya namun baik hati , salahkah ?

Semua orang pada dasarnya tidak mau hidup berkekurangan, kalau tidak mau atau malu menyebutnya ingin bercita-cita menjadi kaya raya ?
Saya kira ini merupakan keinginan yang wajar dan manusiawi karena sebenarnya kita hidup didunia adalah untuk mewujudkan kebahagiaan yang ditandai berlimpahnya kekayaan baik secara materi maupun spiritual.
Namun yang kita jumpai sering kali berbeda atara apa yang dicita-citakan dengan realitas terjadi dalam keseharian kita, dimana masih begitu banyak orang yang akhirnya harus bergulat melawan kemiskinan yang melilitnya dan berjuang untuk keluar dari kemelut hidup yang seolah tak berkesudahan dalam upaya untuk mencoba memenuhi kebutuhan hidup secara layak.

Menyiapkan anak untuk menapaki kehidupan dengan kesiapan dan bekal yang cukup, baik secara materi maupun mental/spritual dalam menjamin terwujudnya cita-cita/impian untuk mewujudkan keberhasilan hidup merupakan harapan yang selalu tertanam dalam benak setiap orang tua, karena tidak ada orang tua yang menginginkan anaknya mengalami kesulitan dalam hidupnya ke depan
Banyak metode pendidikan anak yang menginformasikan bagaimana perlakuan yang harus diberikan sehingga anak tumbuh cerdas secara intelektual, finansial, , kreatip dan sekaligus religius.

Membangun kecerdasan finansial
Salah satu syarat untuk seorang anak tumbuh kecerdasan finansial secara optimal adalah ketika si-anak bergaul dengan “seorang ayah kaya” seperti yang dituturkan dari pengalaman yang dialami oleh Robert T Kiyosaki dalam bukunya “ Rich Dad, Poor Dad”. Robert T Kiyosaki membagi posisi keuangan seseorang menjadi 4 (empat) kuadran yakni kuadran kiri yang terdiri dari E (Employ) maupun SE (Self Employ) dan di kuadran kanan berupa B(Bisnis dengan system) dan I (Investor).Si anak tidak dianjurkan untuk berada di kuadran kiri sebgai seorang pekerja, namun menjadi seorang yang bergerak di kuadran kanan baik sebagai pemilik bisnis yang bersistem maupun sebagai investor.
Mendidik anak sejak awal untuk cerdas secara finasial merupakan sebuah keharusan dalam menyiasati perkembangan dunia yang mengglobal dan tanpa mengenal lagi batas negara (borderless). (lebih…)

Oktober 5, 2011 at 11:09 pm Tinggalkan komentar

Hak Anak atas lingkungan kehidupan yang sehat

Setiap tanggal 23 Juli kita memperingati Hari Anak Nasional (HAN) secara rutin untuk selalu mengingatkan kembali bahwa anak mempunyai hak untuk mengekpresikan dirinya sebagai manusia yang utuh ciptaan TUHAN.

 

Seringkali dalam keseharian, kita melupakan bahwa anak kita bukanlah milik kita tetapi titipan TUHAN, seperti halnya pandangan Khalil Gibran dalam salah satu penggalan sajaknya yang menyatakan Anakku bukanlah anakku, Ia bagaikan anak busur panah yang melesat sesuai dengan  kehendakNya. Sebagai busur kita tidak berhak menentukan kearah mana anak panah akan melesat, namun hanya bisa menfasilitasi apa saja yang harus disiapkan agar arah anak panah dapat mencapai sasaran. Seringkali kita terperdaya akan bentuk fisik anak yang kecil, lemah tak berdaya yang dengan mudah menjadi sasaran ambisi kita sebagai orang tua, menjadi ajang pelampiasan kasih sayang yang berlebihan yang menyebabkan anak menjadi cengeng, manja ,tidak mandiri dan yang paling menyedihkan anak seringkali menjadi korban kekerasan dalam segala bentuknya baik secara psikis, maupun fisik. Apalagi dijaman sekarang yang penuh dengan kesulitan dan himpitan ekonomi yang dengan mudah  menyulut kemarahan orang tua dan kemudian melampiaskan kepada anaknya yang tak berdaya dan tak berdosa.

 

Masih banyak anak Indonesia yang dibesarkan dalam lingkungan yang tidak memadai untuk pertumbuhan dirinya secara normal  karena keterbatasan orang tuanya yang belum mampu menyediakan lingkungan hidup yang sehat bagi si anak, seperti misal anak yang tinggal dilingkungan tempat pembuangan sampah (TPA), dipasar tradisional yang becek dan kotor, dipinggir bantaran kali maupun bantalan rel kereta api yang sewaktu waktu dapat membahayakan jiwanya. Masih banyak anak jalanan  yang  tidak terurus yang dibiarkan hidup terlantar dan terlunta-lunta yang setiap kali dapat menjadi korban kekerasan seks seperti sodomi, maupun pemerasan dan tindak kriminalitas lainnya  oleh preman jalanan, bahkan yang belakangan terjadi dan sangat keji yakni mutilasi anak. Sungguh ironis meskipun konstitusi memandatkan pada pemerintah sebagai penyelenggara negara seperti tercantum dalam UUD 45 pasal 34 yang mewajibkan negara untuk memelihara fakir miskin dan anak-anak terlantar, namun perhatian pemerintah masih saja belum optimal . Masih langkanya rumah singgah bagi anak jalanan, apresiasi terhadap bakat mereka melalui tersedianya berbagai sarana untuk menyalurkan bakat seperti Café Anak adalah bukti masih belum ada kesungguhan melihat talenta yang mereka miliki. Padahal kita tahu mereka anak jalanan maupun pengamen jalanan sudah mampu membuktikan kemampuannya melalui ajang di TV seperti Mama Mia yang melejitkan Angel, juga Indonesia Idol ke 4 yang melejitkan Aris si pengamen di kereta api. Demikian pula dibidang ilmu pengetahuan, sudah banyak anak Indonesia menyabet penghargaan internasional.

(lebih…)

April 12, 2010 at 1:59 am Tinggalkan komentar

Membangun CAFÉ Anak sebagai PUSAT PEMBELAJARAN ANAK Indonesia

Saat ini semakin banyak kota di Indonesia yang memproklamirkan diri menjadi Kota Layak Anak (KLA) dan semakin banyak organisasi anak di kota tumbuh seiring dengan bertumbuhnya kesadaran anak akan pentingnya pemenuhan hak-haknya yang sebagian besar dipicu dengan ditetapkan dan hadirnya Undang-Undang Tentang Perlindungan Anak No 23 tahun 2002.

 

Selain itu peringatan secara rutin HAN (Hari Anak Nasional) setiap 23 Juli semakin meningkatkan pemahaman para pemangku kepentingan dalam pengambilan kebijakan yang diharapkan selalu melibatkan anak dalam memenuhi hak-hak anak dan juga perlindungan anak.

 

Pada mulanya  kehadiran  Organisasi Anak seperti misalnya Dewan Anak dibanyak kota sering  hanya melibatkan anak-anak disekitar kota dan lebih mewakili anak perkotaan namun dalam perkembangannya dirasakan perlunya wadah yang dapat mewadahi dinamika dan kreativitas komunitas anak baik di perkotaan maupun perdesaan melalui keberadaan CAFÉ Anak.

 

Selain itu dengan adanya CAFÉ Anak diharapkan dapat sebagai ajang yang memungkinkan anak-anak untuk  mengekspresikan dirinya serta memperjuangkan Hak-hak Anak, menumbuhkan jiwa wirausaha dan untuk pengembangan minat dan bakatnya.

 

CAFÉ ini juga diharapkan dapat dilengkapi dengan  akses internet sebagai sumber informasi karena kita telah memasuki Era Informasi dalam pusaran globalisasi, namun harus dapat dipastikan akses anak terhadap internet sebagai sumber pembelajaran dan informasi dipilih secara selektip dan tidak membahayakan perkembangan dan pertumbuhan baik jiwa maupun intelektualitas anak-anak Indonesia .

  (lebih…)

Maret 25, 2010 at 4:36 am 1 komentar

Balita Gizi buruk terjadi, mengapa harus “Buruk muka cermin dibelah?”

Lantunan tembang duka terus mengiang di telinga, ketika satu lagi balita berumur 9 bulan dari suatu desa di NTT  terpaksa harus dibawa ke TFC untuk ditangani dan dipulihkan kondisi kesehatannya sehingga terhindar dari kematian.

 

Trenyuh hati ini ketika ada lagi beberapa bayi yang terpaksa belum memperoleh perlakuan dan kesempatan yang baik untuk tumbuh optimal menjadi manusia Indonesia yang siap menghadapi globalisasi karena menderita gizi buruk.

 

Ada banyak penyebab antara lain karena pola asuh, terbatasnya asupan gizi karena kurangnya ketersediaan  pangan, atau juga karena permasalahan ekonomi orang tua terutama sang ibu yang harus merantau menjadi TKW dan tidak dapat memberikan ASI Eksklusive bayinya demi memenuhi kebutuhan hidup minimal yang ketika  berada dikampung halamannya tidak dapat terpenuhi.

 

Ironis memang diatas hamparan “mangan, marmer,emas” yang saat ini gencar ditambang, diantara kenangan tentang rimbunnya wangi pohon  kayu cendana , diantara lebatnya buah apel, diantara ribuan ternak sapi lepas , diantara hutan Lontar dan Gewang, dan sebentar lagi jeruk keprok yang sedang merana dan hampir punah terkena hama penyakit  ternyata masih ada generasi penerus yang siap secara berkelanjutan untuk jatuh ke jurang gizi buruk yang hanya tinggal satu langkah menuju kematian.

  (lebih…)

Maret 12, 2010 at 9:47 am 2 komentar

Mendidik anak menjadi kaya dan baik hati, mengapa tidak ?

Era informasi telah memasuki dan merasuki kehidupan masyarakat, baik di kota maupun di pedesaan meski tak diminta.

Pesatnya kemajuan Tehnologi Informasi (IT) telah banyak merubah paradigma dan berpengaruh sangat besar dalam membentuk pola hubungan antar individu maupun antar masyarakat yang berbeda SARA.

Dalam kehidupan rumah tangga, kehadiran perangkat audio visual  baik berupa TV, VCD, games , mobile phone/HP dan juga internet telah merubah secara total dan drastis pola relasi dalam keluarga.

 

Kebiasaan mendongeng sudah jarang dilakukan para orang tua, kebiasaan duduk bersama berceritera sambil menatap bulan yang sedang purnama atau taburan bintang di langit menjadi barang mahal, juga  bermain gundu maupun petak umpet sudah ditinggalkan, dan merupakan kemewahan tersendiri bagi anak kota .

  (lebih…)

Januari 19, 2010 at 10:40 am Tinggalkan komentar

Hak Anak atas lingkungan kehidupan yang sehat

 

Setiap tanggal 23 Juli kita memperingati Hari Anak secara rutin untuk selalu mengingatkan bahwa anak mempunyai hak untuk mengekpresikan dirinya sebagai manusia yang utuh ciptaan TUHAN.

 

Seringkali dalam keseharian, kita melupakan bahwa anak kita bukanlah milik kita tetapi titipan TUHAN, seperti halnya pandangan Khalil Gibran dalam salah satu penggalan sajaknya yang menyatakan Anakku bukanlah anakku, Ia bagaikan anak busur panah yang melesat sesuai dengan  kehendakNya. Sebagai busur kita tidak berhak menentukan kearah mana anak panah akan melesat, namun hanya bisa menfasilitasi apa saja yang harus disiapkan agar arah anak panah dapat mencapai sasaran. Seringkali kita terperdaya akan bentuk fisik anak yang kecil, lemah tak berdaya yang dengan mudah menjadi sasaran ambisi kita sebagai orang tua, menjadi ajang pelampiasan kasih sayang yang berlebihan yang menyebabkan anak menjadi cengeng, manja dan tidak mandiri dan yang paling menyedihkan anak seringkali menjadi korban kekerasan dalam segala bentuknya baik secara psikis, maupun fisik. Apalagi dijaman sekarang yang penuh dengan kesulitan dan himpitan ekonomi yang dengan mudah  menyulut kemarahan orang tua dan kemudian melampiaskan kepada anaknya yang tak berdaya dan tak berdosa.

(lebih…)

Juli 8, 2009 at 4:45 am Tinggalkan komentar

“Meracuni Anak” sejak dini, mengapa dibiarkan ?

Anak dalam Pasal 1 Hak-hak anak didefinisikan  “seorang anak adalah setiap orang yang berusia di bawah 18 tahun kecuali dibawah undang undang yang berlaku bagi anak, usia dewasa dicapai lebih awal”  merupakan harapan masa depan bangsa. Dalam diri anaklah  kelak perjalanan sebuah bangsa ditentukan dan ditorehkan dalam sejarah sebuah bangsa. 

Setiap ANAK  mempunyai hak yang meliputi Hak hidup, Tumbuh kembang, Partisipasi dan Perlindungan . Anak mempunyai hak untuk terlindung dari segala bentuk kekerasan baik fisik maupun mental/psikis, terlindungi dari segala penyalahgunaan dan pembiaran lainnya.

Seperti halnya di negara maju, Anak Indonesia mempunyai hak yang sama untuk memperoleh layanan publik yang berkualitas seperti asupan gizi yang berimbang dan sehat, memperoleh layanan kesehatan yang prima, memperoleh pendidikan yang berkualitas dan murah (syukur gratis seperti yang diiklankan TV untuk pendidikan sembilan tahun), hak untuk tumbuh dan berkembang secara maksimal dalam suasana yang nyaman dan mendukung pengembangan bakat dan minatnya.

  (lebih…)

Juli 8, 2009 at 3:38 am Tinggalkan komentar


Kategori

Mei 2024
S S R K J S M
 12345
6789101112
13141516171819
20212223242526
2728293031  

Tamu Adikarsa

  • 65.635 pengunjung

Klik tertinggi

  • Tidak ada